Sebuah puisi khas dititipkan untuk semua oleh Hj A. Rani Embi, teman 6 Sastera 1 Munshi kita. Ia tak pernah beriak sedetik kecuali kepada isterinya yang satu dan kini memiliki tiga putera dan seorang puteri. Hayatilah kenikamatan puisi sahabatku ini bertajuk "Lambaian Kasih". Siapa tak faham, kena masuk kelas 6 Sastera semula ya.
lambaian bakau laut
masih melambaikan tangan
helang dan camar berterbangan
desiran ombak tenangmemangil namaku
terngiang-ngiang di cuping telinga
mencetak maknawi pada batini
menjadikan aku penasaran
dalam usia semakin lanjut
mengingatkan bunga yang gugur
dan lebah kehilangan sayap
pada hamparan hati
tanpa melukai
namun, mengapa semuanya menyendiri
aku pula pergi
meninggalkan selat pengalaman
tempat pertemuan dunia kenangan
airnya masih biru.
riak-riak kecil mengingatkan kembali
mimpi manis semalam
sewaktu kumelintasi batas usia, ilusi
dan jabat tangan saudara tak pernah mungkir
menjadi secangkir rindu yang kemarau
bila mungkin
pertemuan kembali lagi.
masih melambaikan tangan
helang dan camar berterbangan
desiran ombak tenangmemangil namaku
terngiang-ngiang di cuping telinga
mencetak maknawi pada batini
menjadikan aku penasaran
dalam usia semakin lanjut
mengingatkan bunga yang gugur
dan lebah kehilangan sayap
pada hamparan hati
tanpa melukai
namun, mengapa semuanya menyendiri
aku pula pergi
meninggalkan selat pengalaman
tempat pertemuan dunia kenangan
airnya masih biru.
riak-riak kecil mengingatkan kembali
mimpi manis semalam
sewaktu kumelintasi batas usia, ilusi
dan jabat tangan saudara tak pernah mungkir
menjadi secangkir rindu yang kemarau
bila mungkin
pertemuan kembali lagi.
Jika reunion kita diadakan lagi, alangkah hebatnya jika Rani membaca sajak ini dan Arbaeyah pula mendendang lagu "selapis kasih sedulang rindu". Wooo. Di mana kau Arbaeyah?
(Gambar: Rani di Majlis Pertemuan Penyair Selat Selatan di Batam Indonesia)
0 comments:
Post a Comment